Berawal dari
Pemberdayaan
By : Atina Liestyawati
Dua Puluh lima tahun yang lalu, saat saya bertugas sebagai tenaga fasilitator
pemberdayaan masyarakat di desa kawasan penyangga Taman Nasional Lore Lindu
(TNLL). Saat di mana mulai mengenal kehidupan desa, kebiasaan dan tata
kehidupan masyarakat yang hidupnya masih tergantung dari apa yang disediakan
alam.
Saya diperkenalkan dengan berbagai kearifan
lokal masyarakat. Saya berbaur dengan penduduk hingga belajar bahasa daerah
setempat serta masih banyak hal lain yang tidak pernah saya temukan menjadi
pengalaman baru.
Tugas sebagai fasilitator pemberdayaan
masyarakat desa memang susah-susah gampang.
Tujuannya untuk membuat masyarakat sejahtera dan hutan tetap lestari. Memang
tidak mudah namun tetap dilakoni. Memberi pemahaman pada masyarakat untuk
peduli kepada lingkungan sekitarnya. Pemberdayakan masyarakat memiliki cakupan
yang luas. Bukan hanya lingkup ekonomi, lingkungan namun terkait pula dengan
pendidikan.
Sampai suatu ketika seorang kepala madrasah
mengajak saya untuk bergabung dan membagi ilmu pada siswanya. Dia meminta saya
untuk menjadi staf pengajar di sekolah yang dipimpinnya.
Menjadi guru? Hal yang tak pernah saya
bayangkan. Saya bukan berlatar pendidikan guru walaupun kakek dan ibu saya
adalah seorang guru. Saya adalah sarjana di bidang peternakan. Tadinya saya
ragu dengan tawaran itu. Namun motivasi darinya serta rasa prihatin akan
kekurangan tenaga pendidik di sekolahnya yang membuat saya mencoba melakoni
guru mata pelajaran IPA di sebuah madrasah.
Menghadapi berbagai karakter siswa menjadi
tantangan baru bagiku. Setiap hari Selasa
siswa yang hadir di sekolah hanya separuh. Di selasa berikutnya pun begitu. Ada
apa dengan mereka? Ternyata sebagian siswa berada di pasar. Hari selasa adalah jadwal
pasar di desa. Ada yang membantu orang tuanya berjualan, menjadi tukang parkir ataupun
hanya sekedar jalan-jalan melihat keramaian pasar.
Para siswa memanggilku ustazah. Saya merasa
risi dengan panggilan itu. Namun saya bangga dan menikmati hari-hari menjadi
guru, di sela kesibukan tugas utama sebagai pemberdaya masyarakat. Saya membagi
ilmu dengan keikhlasan tanpa terbebani.
Menikmati hari baruku, belajar menjadi pendidik di madrasah kecil namun
berarti besar bagi perjalanan hidupku
Jalan hidup sudah ditakdirkan. Menjadi
pendidik yang digugu dan ditiru salah satu amanah terbesar dalam hidupku. Dimulai dari sini. Di tanah Kaili.
Palu, 01 Desember 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar