Atina Liestyawati

Rabu, 16 Desember 2020

Berawal dari Pemberdayaan

 


Berawal dari Pemberdayaan

By : Atina Liestyawati

 

Dua Puluh lima tahun  yang lalu, saat saya bertugas sebagai tenaga fasilitator pemberdayaan masyarakat di desa kawasan penyangga Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Saat di mana mulai mengenal kehidupan desa, kebiasaan dan tata kehidupan masyarakat yang hidupnya masih tergantung dari apa yang disediakan alam.

Saya diperkenalkan dengan berbagai kearifan lokal masyarakat. Saya berbaur dengan penduduk hingga belajar bahasa daerah setempat serta masih banyak hal lain yang tidak pernah saya temukan menjadi pengalaman baru.

Tugas sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat desa memang susah-susah gampang.  Tujuannya untuk membuat masyarakat sejahtera dan hutan tetap lestari. Memang tidak mudah namun tetap dilakoni. Memberi pemahaman pada masyarakat untuk peduli kepada lingkungan sekitarnya. Pemberdayakan masyarakat memiliki cakupan yang luas. Bukan hanya lingkup ekonomi, lingkungan namun terkait pula dengan pendidikan.

Sampai suatu ketika seorang kepala madrasah mengajak saya untuk bergabung dan membagi ilmu pada siswanya. Dia meminta saya untuk menjadi staf pengajar di sekolah yang dipimpinnya.

Menjadi guru? Hal yang tak pernah saya bayangkan. Saya bukan berlatar pendidikan guru walaupun kakek dan ibu saya adalah seorang guru. Saya adalah sarjana di bidang peternakan. Tadinya saya ragu dengan tawaran itu. Namun motivasi darinya serta rasa prihatin akan kekurangan tenaga pendidik di sekolahnya yang membuat saya mencoba melakoni guru mata pelajaran IPA di sebuah madrasah.

Menghadapi berbagai karakter siswa menjadi tantangan baru bagiku.  Setiap hari Selasa siswa yang hadir di sekolah hanya separuh. Di selasa berikutnya pun begitu. Ada apa dengan mereka? Ternyata sebagian siswa berada di pasar. Hari selasa adalah jadwal pasar di desa. Ada yang membantu orang tuanya berjualan, menjadi tukang parkir ataupun hanya sekedar jalan-jalan melihat keramaian pasar.

Para siswa memanggilku ustazah. Saya merasa risi dengan panggilan itu. Namun saya bangga dan menikmati hari-hari menjadi guru, di sela kesibukan tugas utama sebagai pemberdaya masyarakat. Saya membagi ilmu dengan keikhlasan tanpa terbebani.  Menikmati hari baruku, belajar menjadi pendidik di madrasah kecil namun berarti besar bagi perjalanan hidupku

Jalan hidup sudah ditakdirkan. Menjadi pendidik yang digugu dan ditiru salah satu amanah terbesar dalam hidupku.  Dimulai dari sini. Di tanah Kaili.

Palu, 01 Desember 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RINDU

  dalam rindu ku masih berharap berharap kau kan hadir mengisi hari hariku lagi rindu kicauanmu ...rindu celotehmu... rindu anggukanmu... ri...