#Pentigraf
JAMBU
By :Atina Liestyawati
Seperti biasa kami pulang sekolah melewati lorong itu. Ini
membuat jarak sekolah ke tempat tinggal kami tidak teralu jauh. Saya, Dani dan
Umar selalu bersama, boleh dikata sahabat karib. Saya lebih senang bermain dengan
anak laki-laki ketimbang sejenisku. Badan mungil, lincah, potongan rambut
pendek membuat dua sahabatku memberi julukan “tweety” si burung kuning imut
dalam serial kartun TV.
Lewat di lorong itu lagi membuat pandangan lekat pada pohon
jambu berbuah lebat.Beberapa hari telah menyita perhatianku. Daunnya melambai
memanggilku memamerkan buah yang ranum. Di
depan rumah kosong hampir sebulan tak berpenghuni. Membayangkan rasa manis dan menyegarkan tenggorokan mampu meredakan dahaga di kala terik matahari
sepulang dari sekolah.
Tanpa pikir panjang, dengan cekatan kami berlomba menaiki pohon itu dan memetik
beberapa buah yang merah merona. Hemmm... kesegaran menjalan di kerongkongan. Gigitan
demi gigitan sampai gigitan terakhir begitu nikmat. Kuraih lagi buah yang menggantung di ujung
ranting. Mendarat mulus dalam gilasan
gerahamku, rasa manis dan segar membuatku seperti melayang-layang melambung
tinggi, tubuhku bak randu terhempas bayu, semakin ringan. “Tweee….” Samar suara Dani terdengar dan ketika
tersadar, ragaku berada di atas ranjang rumah sakit dengan kepala terbalut perban.
Palu, 01 Desember 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar