SESUAI rencana kami akan mengadakan kegiatan sosialisasi
awal di SMK Negeri 1 Sigi. Rencana semula akan singgah di beberapa sekolah SMP
di Kabupaten Sigi yang searah tujuan kami.
Saya berdua “Sahabat Rumah Belajar” (Atina dan Marchilia) yang mewakili
Kabupaten Sigi berangkat mengendarai Sepeda Motor.
Rute yang kami pilih adalah Palu, Biromaru, Jono Oge lalu Sidera. Jalur ini hampir tak pernah kami lewati lagi sejak
peristiwa gempa bumi dan likuifaksi tahun 2018 silam. Tapi kali ini terpaksa
harus menyasar medan berbahaya itu berhubung karena ada beberapa sekolah yang
harus kami singgahi sebelum lanjut ke tujuan akhir, SMK Negeri 1 Sigi.
Sekolah yang menjadi persinggahan pertama adalah SMP Negeri
1 Sigi yang berjarak kurang lebih 4 km dari Kota Palu. Sampailah kami di sana disambut
sapaan seorang pegawai tata usaha. Dia mengatakan bahwa Kepala Sekolah belum tiba di tempat.
Tak kehabisan cara untuk tetap merealisasikan niat mensosialisasikan program
rumah belajar, kami menghubungi salah seorang sahabat guru yang kebetulan
mengajar di tempat itu. Kami pun
mendapat peluang itu walaupun harus menunggu konfirmasi balik.
Perjalanan berlanjut menyusuri jalan mulus beraspal yang
baru diperbaiki setelah hancur oleh gempa bumi 2018 silam. Masih segar ingatan mengenang
akibat gempa hebat itu. Jalan terbelah di sana-sini, bergelombang, retak, rusak
parah beberapa kilometer.
Seiring berjalannya waktu jalan itu kini mulus kembali. Mulus
dan licin oleh aspal sampai pada batas jembatan Jono Oge yang malang itu, saksi
bisu likuifaksi. Fenomena bencana alam yang tidak pernah terbayangkan. Separuh Desa Jono Oge lenyap
bersama perumahan penduduk, sawah, kebun, jalan dan infrastruktur lainnya.
Jalan yang terdampak meliputi jalan
primer dan jalan pemukiman sepanjang 2,7 kilometer.
Sampai sekarang jalan yang menghubungkan Jono Oge dan Sidera
tersebut belum tersentuh perbaikan. Kerusakannya semakin parah ditambah lagi
musih hujan yang menaikan debet air sungai melewati hamparan tanah bekas
likuifaksi. Air yang meluber liar mencari jalannya sampai membentuk tiga cabang
aliran, membuat kendaraan roda empat berhati-hati menerobos arus. Jika ada yang
nekat maka akan mendapat resiko terjebak dalam lumpur dan pasir.
Lain halnya dengan kendaraan roda dua. Jalur itu masih bisa dilalui walaupun harus
melewati tiga jembatan darurat yang
dibuat ala kadarnya oleh warga setempat. Mereka juga terkadang menawarkan jasa untuk
menyeberangkan kendaraan karena pengendaranya tidak bernyali untuk melalui
jembatan kayu tersebut.
Kami masih bernyali melewati tiga jembatan kayu itu. Jembatan
pertama yang terpanjang di antara kedua jembatan lainnya terlewati, walaupun tidak
berboncengan disebabkan jalannya berbelok tajam dan menurun. Cukup menguji nyali bagi kami yang tidak
pernah melewati jalur itu. Alhamdulillah
sampai di seberang kali.
Selang beberapa saat kami menemukan jembatan darurat yang
kedua. Motor kami berjalan meniti
jembatan dengan perasaan was-was karena jembatan kayu itu bergoyang-goyang. Kami
pun berhasil sampai. Terlihat motor mengantri untuk melewati jembatan darurat itu.
Maklum hari itu adalah hari pasar Biromaru, notabene banyak kendaraan yang
lewat lalu lalang.
Melewati jembatan ketiga, kondisinya juga kurang lebih sama dengan dua jembatan sebelumnya yang telah berhasil kami lalui. Namun tantangannya adalah arus sungainya sangat deras. Membuat nyali ini harus ditambah untuk tetap melewati. Buktinya sahabatku tetap berada di boncengan. Memberanikan diri dengan tekat kuat, menjaga keseimbangan sambil terus berdoa dalam hati. Akhirnya kami pun sampai dan lulus ujian melewati tiga jembatan uji nyali itu.
Sampai di seberang dengan nafas legah. Namun bahu ini terasa
kejang-kejang. Kutarik napas panjang dan melepasnya. Legah! Terlihat mobil pengangkut material nekat menerobos
aliran air sungai akhirnya kandas di tengah
arus. Dengan cekatan beberapa warga yang sudah siap siaga membantu menyeberangkan
dengan selamat.
Niat untuk mensosialisasikan “Rumah Belajar” lebih kuat
tertanam dalam hati mengalahkan rasa takut dan menambah rasa percaya diri. Keikhlasan
berbagi adalah kunci mengalahkan segalanya. Semoga Allah SWT meridhai segala
ikhtiar kita. Aamiin.
Semangat berbagi.
"Belajar dimana saja, kapan saja dengan siapa saja. Salam Rumah Belajar"
Rumah Belajar dapat diakses melalui laman http://belajar.kemdikbud.go.id
#SahabatRumahBelajar2020
#DutaRumahBelajar2020
#PusdatinKemdikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar