Atina Liestyawati

Jumat, 09 Oktober 2020

JALUR MENANTANG TAK JADI PENGHALANG

 


SESUAI rencana kami akan mengadakan kegiatan sosialisasi awal di SMK Negeri 1 Sigi. Rencana semula akan singgah di beberapa sekolah SMP di Kabupaten Sigi yang searah tujuan kami.  Saya berdua “Sahabat Rumah Belajar” (Atina dan Marchilia) yang mewakili Kabupaten Sigi berangkat mengendarai Sepeda Motor.

Rute yang kami pilih adalah Palu, Biromaru, Jono Oge lalu Sidera.  Jalur ini hampir tak pernah kami lewati lagi sejak peristiwa gempa bumi dan likuifaksi tahun 2018 silam. Tapi kali ini terpaksa harus menyasar medan berbahaya itu berhubung karena ada beberapa sekolah yang harus kami singgahi sebelum lanjut ke tujuan akhir, SMK Negeri 1 Sigi.

Sekolah yang menjadi persinggahan pertama adalah SMP Negeri 1 Sigi yang berjarak kurang lebih 4 km dari Kota Palu. Sampailah kami di sana disambut sapaan seorang pegawai tata usaha. Dia  mengatakan bahwa Kepala Sekolah belum tiba di tempat. Tak kehabisan cara untuk tetap merealisasikan niat mensosialisasikan program rumah belajar, kami menghubungi salah seorang sahabat guru yang kebetulan mengajar di tempat itu.  Kami pun mendapat peluang itu walaupun harus menunggu konfirmasi balik.

Perjalanan berlanjut menyusuri jalan mulus beraspal yang baru diperbaiki setelah hancur oleh gempa bumi 2018 silam. Masih segar ingatan mengenang akibat gempa hebat itu. Jalan terbelah di sana-sini, bergelombang, retak, rusak parah beberapa kilometer. 

Seiring berjalannya waktu jalan itu kini mulus kembali. Mulus dan licin oleh aspal sampai pada batas jembatan Jono Oge yang malang itu, saksi bisu likuifaksi. Fenomena bencana alam yang tidak  pernah terbayangkan. Separuh Desa Jono Oge lenyap bersama perumahan penduduk, sawah, kebun, jalan dan infrastruktur lainnya. Jalan yang terdampak  meliputi jalan primer dan jalan pemukiman sepanjang 2,7 kilometer.

Sampai sekarang jalan yang menghubungkan Jono Oge dan Sidera tersebut belum tersentuh perbaikan. Kerusakannya semakin parah ditambah lagi musih hujan yang menaikan debet air sungai melewati hamparan tanah bekas likuifaksi. Air yang meluber liar mencari jalannya sampai membentuk tiga cabang aliran, membuat kendaraan roda empat berhati-hati menerobos arus. Jika ada yang nekat maka akan mendapat resiko terjebak dalam lumpur dan pasir.

Lain halnya dengan kendaraan roda dua.  Jalur itu masih bisa dilalui walaupun harus melewati  tiga jembatan darurat yang dibuat ala kadarnya oleh warga setempat. Mereka juga terkadang menawarkan jasa untuk menyeberangkan kendaraan karena pengendaranya tidak bernyali untuk melalui jembatan kayu tersebut.




Kami masih bernyali melewati tiga jembatan kayu itu. Jembatan pertama yang terpanjang di antara kedua jembatan lainnya terlewati, walaupun tidak berboncengan disebabkan jalannya berbelok tajam dan menurun.  Cukup menguji nyali bagi kami yang tidak pernah melewati jalur itu.  Alhamdulillah sampai di seberang kali.

Selang beberapa saat kami menemukan jembatan darurat yang kedua.  Motor kami berjalan meniti jembatan dengan perasaan was-was karena jembatan kayu itu bergoyang-goyang. Kami pun berhasil sampai. Terlihat motor mengantri untuk melewati jembatan darurat itu. Maklum hari itu adalah hari pasar Biromaru, notabene banyak kendaraan yang lewat lalu lalang.


Melewati jembatan ketiga, kondisinya juga kurang lebih sama dengan dua jembatan sebelumnya yang telah berhasil kami lalui. Namun tantangannya adalah arus sungainya sangat deras. Membuat nyali ini harus ditambah untuk tetap melewati.  Buktinya sahabatku tetap berada di boncengan. Memberanikan diri dengan tekat kuat, menjaga keseimbangan sambil terus berdoa dalam hati. Akhirnya kami pun sampai dan lulus ujian melewati tiga jembatan uji nyali itu.

Sampai di seberang dengan nafas legah. Namun bahu ini terasa kejang-kejang. Kutarik napas panjang dan melepasnya. Legah!  Terlihat mobil pengangkut material nekat menerobos aliran air sungai akhirnya kandas  di tengah arus. Dengan cekatan beberapa warga yang sudah siap siaga membantu menyeberangkan dengan selamat.

Niat untuk mensosialisasikan “Rumah Belajar” lebih kuat tertanam dalam hati mengalahkan rasa takut dan menambah rasa percaya diri. Keikhlasan berbagi adalah kunci mengalahkan segalanya. Semoga Allah SWT meridhai segala ikhtiar kita. Aamiin.

Semangat berbagi.

"Belajar dimana saja, kapan saja dengan siapa saja.  Salam Rumah Belajar"

Rumah Belajar dapat diakses melalui  laman http://belajar.kemdikbud.go.id

#BerbagiTIK
#SahabatRumahBelajar2020
#DutaRumahBelajar2020
#PusdatinKemdikbud
#RumahBelajar
#SRBSulteng
#PembaTIKLevel4Berbagi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RINDU

  dalam rindu ku masih berharap berharap kau kan hadir mengisi hari hariku lagi rindu kicauanmu ...rindu celotehmu... rindu anggukanmu... ri...