Sosialisasi Pemanfaatan Rumah Belajar di SMPN 1 Banawa Selatan
Kali ini Tim
Sahabat Rumah Belajar (SRB) melakukan sosialisasi pemanfaatan portal Rumah Belajar
di SMPN 1 Banawa Selatan, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Kami
berada di wilayah transisi perbatasan antara Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat.
Informasi awal
empat sekolah yang akan bergabung mengikuti sosialisasi yaitu SMPN1 Banawa
Selatan sebagai tuan rumah, SMPN 2 Banawa Selatan, Watatu, SMPN 7 Satap Banawa
Selatan, Salusumpu dan SMPN Satap 9 Banawa Selatan, Salungkaenu. Namun
kemudian peserta bertambah dua menjadi enam sekolah yaitu SMPN 6 Satap Banawa
Selatan, Salungkaenu dan SMPN 2 Sarjo, Mamuju, Sulawesi Barat.
SMP Negeri 1
Banawa selatan terletak di Desa Lembasada, Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten
Donggala. Rute dari Tim SRB melalui jalan trans Palu – Donggala - Mamuju dengan
jarak tempuh 62 km selama sekitar dua jam.
Sepanjang
perjalanan kami disuguhkan pemandangan bentang alam yang luar biasa. Ditemani deru ombak
laut membentang, lekukan pegunungan, hamparan pantai, sebaran pemukiman
penduduk, deretan kebun kelapa. Menyusuri jalan trans Palu-Mamuju dengan cuaca pagi
yang cerah amat menyenangkan. Betapa tidak, selama Pandemi Covid-19 kami hampir
tak pernah melakukan perjalanan sejauh ini ke luar kota. Tapi hari itu kami seperti rusa
yang terlepas dari kerangkeng. Menyambangi guru-guru di daerah Banawa selatan.
Tak terasa
mobil yang kami tumpangi memasuki halaman sekolah yang kami tuju. Sekolah yang
asri dengan hamparan rumput hijau halamannya. Tim SRB beserta Duta Rumah Belajar (DRB) disambut sapaan dan keceriaan peserta sosialisasi yang menunggu
kedatangan kami. Hilang lelah perjalanan.
Di luar
dugaan jumlah peserta yang hadir melebihi kapasitas ruang laboratorium computer
yang disiapkan untuk acara tersebut. Enam sekolah yang bergabung kami siasati
dengan membagi peserta ke dalam dua ruangan.
Seperti biasa agenda kegiatan yang kami lakukan adalah menyosialisasikan fitur-fitur Rumah Belajar seperti Sumber Belajar, Kelas Maya, Laboratorium Maya, Bank Soal. Peserta sangat antusias terutama pemanfaatan Laboratorium Maya dan Sumber Belajar. Utamanya pembelajaran sains saat praktikum yang harus dilakukan secara tatap muka dengan peralatan dan bahan praktik yang terbatas. Tetapi dengan pemanfaatan laboratorium maya praktikum tak lagi dilakukan secara langsung tapi dilakukan pembimbingan virtual yang lebih menarik.
Sesi kedua pembuatan video pembelajaran peserta dibekali
kemampuan menulis naskah video, cara-cara proses pengambilan gambar/video. Kemudian
mengolah video tersebut menjadi sebuah karya video pembelajaran yang siap saji kepada
siswa. Hal tersebut membuat para guru semakin percaya diri. Siswa pun merasa
senang ketika melihat gurunya dalam video memaparkan materi. “Ada kebanggaan
jika kita sebagai guru mampu menghasilkan karya video pembelajaran sendiri,” ujarku
memberi motivasi kepada peserta dalam pemaparan materi.
Semangat SRB memfasilitasi para guru sampai pada pukul 14.00 diselingi “insiden”. Suara narasumber nyaris tak terdengar dikalahkan suara deras hujan. Lebatnya air hujan hingga menggenangi hampir seluruh halaman sekolah. Langit makin kelam pertanda hujan kian menjadi. Tak ada tanda-tanda akan reda yang tumpah sejak pukul 12.00 wita. Ada rasa khawatir menyelimuti perasaan. Namun melihat antusias peserta perasaan itu terabaikan.
Usai sosialisasi kami berpamitan dan memutuskan
meninggalkan lokasi sekitar pukul 15.00. Di saat itu hujan masih cukup deras. Terlihat
laut mulai membentuk gelombang dan langit di atasnya semakin gelap. Hati pun
mulai gelisah. Dalam kendaraan kami dari tim SRB hanya membisu. Hampir tak
terdengar suara. Kami sepertinya sibuk dengan doa masing-masing untuk
keselamatan menyusuri perjalanan pulang yang masih cukup jauh. Gundah dan gelisah
tak terkira.
Rintangan mulai menghadang ketika sampai di suatu dusun
di Desa Towale, Kecamatan Banawa Selatan. Kendaraan kami melambat. Banyak
masyarakat berlarian seperti ingin melihat yang terjadi di depan sana. Tampak deretan
kendaraan terhenti. Bersamaan dengan itu seorang petugas berseragam menginfokan
bahwa di depan terjadi longsor. Jalan yang akan kami lalui tertimbun material
longsor. Astaga…
Warga desa yang berkerumun di pinggir jalan menyarankan agar
sebaiknya mobil balik sebelum air memenuhi jembatan yang barusan kami lewati. Betul
juga. Setidaknya kami tidak terjebak di tengah antara longsor menghadang di
depan dan banjir di belakang. Serasa jantung mau copot. Kami tambah
gelisah, apalagi tanpa sinyal handphone di area itu.
Akhirnya mobil berbalik arah dan berhenti di sebuah dusun. Entah
apa namanya. Masyarakat banyak yang keluar rumah. Kami pun masih bertahan dalam
mobil karena hujan semakin deras. Semua terdiam dan berharap kejadian ini cepat
berlalu. Paling tidak ada sinyal untuk menginfokan keluarga di Palu tentang
keberadaan kami.
Seketika sinyal tampak di layar handphone. Tanpa menunggu
lama kami semua langsung menghubungi keluarga masing-masing. Alhamdulillah… Paling
tidak keluarga di rumah tidak gelisah dengan keadaan kami dan nantinya tiba pada saat malam
ataupun keesokan harinya. Perjalanan kami kali ini sangat berbeda dari
biasanya. Menguras adrenalin dan rasanya “nano-nano”.
Hujan mulai reda tapi nampak kemudian air sungai sudah naik
di badan jalan menutupi jembatan. Sepertinya bumi tak mampu menampung tumpahan
air hujan yang meluiber kemana-mana. Kami pun keluar dari mobil bersamaan
dengan orang-orang yang senasib dengan kami. Tampak juga beberapa peserta
sosialisasi basah kuyub karena hanya mengendarai motor. Tertahan bersama kami yangh
tak bisa kemana-mana.
Hampir sejam kami di tempat itu menunggu air surut. Kendaraan mulai bergerak maju perlahan. Kami mengucap syukur. Paling tidak ada harapan kami tidak bermalam di dusun itu
Antrian kendaraan dari arah berlawanan membuat mobil yang
kami kendarai berjalan perlahan. Rasa khawatir belum juga hilang karena jalan
yang menanjak serta tebing di samping berpotensi lonsor. Takut ada material
longsor dan jalan amblas masih menghantui.
Di depan tampak masyarakat setempat sigap mengatur arus
lalu lintas dan membersihkan puing serta materian longsor yang menimbun badan
jalan. Perlahan tapi pasti mobil bergerak. Dibutuhkan kesabaran untuk melewati
suasana mencekam itu. Akhirnya perjalanan mulus kembali untuk beberapa
kilometer kedepan .
Hari mulai gelap. Tapi masyarakat masih berkerumun di luar
rumah. Pukul 18.30 kami memasuki Desa Mekar Baru. Perjalanan kami terhadang
banjir rob karena aliran air begitu deras berasal dari arah laut. Luapan air
menggenangi jalan dan pemukiman warga
setinggi betis. Kami berusaha menerobos banjir walaupun dengan perlahan. Sampai
tiba-tiba kendraan berhenti lagi. Hampir setengah jam kami terhenti menunggu
air surut.
Terlihat warga yang sibuk mengangkat perabotan dan membersihkan
lantai yang tergenang. Akhirnya mobil bergerak maju. Kami bisa melanjutkan
perjalanan lagi.
Hujan dengan intensitas tinggi sejak siang menyisakan
banjir di beberapa desa di Kecamatan Banawa Selatan dan Tengah. Menyebabkan
perjalanan kami yang seharusnya hanya 1,5 jam molor menjadi 6 jam. Sungguh di luar
prediksi kami. Namun ada hikmah di balik semua itu bahwa tanda-tanda alam tak
boleh diabaikan. Wallahu a’lam bisawab…
Alhamdulillah, perjalanan yg mengesankan.
BalasHapustak terlupakan
BalasHapusMantapππππππ
BalasHapusmantap juga
HapusSemangat Terus team Sahabat Rumah Belajarπ
BalasHapusterima kasih
Hapusmantapπππ
BalasHapusMantap ,sukses selalu dan tetap semangat
BalasHapusterima kasih doanya
BalasHapusAlhamdulillah salud dengan kerja kerasnx ibu ibuku sayangπ
BalasHapusSemoga sukses selalu dan tetap semangatπͺ
Allhamdulilah sukses selalu rumah belajar dan buat ibuku tetap semangat πππ
BalasHapushalo anak manis. terima kasih ya.
HapusMenegangkan... air meluberrr ke mana2. Luar biasa... tim sahabat rumah belajar.
BalasHapusair selalu mengalir. seperti ilmu yang dibagi pahalanya juga mengalir. aamiin
BalasHapusππππππ
BalasHapusMantap ibu smangat trus dan sukses slalu d rumah belajar ibukuπͺππ
BalasHapusMantap ibu smangat trus dan sukses slalu d rumah belajar ibukuπͺππ
BalasHapusWah perjuangan guru guru Indonesia bagian timur memang istimewa.
BalasHapusSemoga SRB Sulteng makin berjaya membumikan Rumah Belajar.
Sukses yaa mbak Atina
aamiin..terima kasih suportnya. salam rumah belajar.
Hapus