Atina Liestyawati

Minggu, 18 Oktober 2020

Kawah Ratu Tangkuban Parahu

 Kawah Ratu Tangkuban Parahu

By : Atina Liestyawati





Diklat dan Field Trip

SEORANG gadis manis menyapa kami menanyakan riwayat atau cerita rakyat Sangkuriang. “Nah... Ini dia,” kataku membatin setelah mendengar pemateri kami itu. Aku langsung dapat menebak rencana tour esok. Semoga tebakanku benar. Hehehe... ngarep.

 

Kami merasa tidak sabar menunggu jadwal tour tersebut. Sebab dua hari terakhir bergelut dengan materi diklat dan belum diberitahu akan dibawa berkunjung ke mana. Rasa penasaran itu makin memenuhi ruang pikir yang butuh refresh.

 

Ternyata dugaanku benar. Besok kami akan melakukan perjalanan wisata ke Tangkuban Parahu. Suatu kawasan wisata yang sebelumnya hanya dapat disaksikan keindahannya dari layar kaca ataupun cerita teman-teman yang pernah mengunjunginya.

 

Sejumlah 20 orang kami peserta mengikuti diklat guru yang dilaksanakan oleh PT Medion Bandung medio Desember 2017 lalu. Diklat tersebut sarana untuk menimba ilmu khususnya di bidang peternakan yang menjadi kompetensi keahlian kami gugu-guru dan praktisi peternakan seluruh Indonesia. Salah satu program yang kami peroleh adalah materi seputar kesehatan unggas. Sebagai hadiah dan bonus, peserta mendapat paket tour diakhir diklat.

 


Bis yang kami tumpangi mulai bergerak menuju daerah wisata Tangkuban Parahu, 20 km ke arah utara Kota Bandung. Perjalanan ditempuh kurang lebih satu jam setengah. Waktu tempuh tersebut tidak terasa bagi kami karena tim pemandu PT Medion menyuguhkan berbagai pertanyaan dan bingkisan menarik bagi yang bisa menjawab seputar legenda Tangkuban Parahu. Misteri perkawinan insest yang hampir terjadi antara anak dan ibu kandung antara Sangkuriang dan Dayang Sumbi.  

 

Cerita rakyat sangkuriang yang secara turun temurun diwariskan leluhur begitu melekat dengan gunung ini. Menjadi simbol pariwisata daerah Jawa Barat. Bandung barat di karuniai keindahan alam yang luar biasa. Banyak destinasi wisata yang berlokasi di sana. Di antaranya Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu yang merupakan objek wisata favorit di Lembang. Menjadi primadona wisatawan domestik maupun mancanegara.

 

Moment memasuki pintu gerbang utama kawasan wisata Tangkuban Parahu bahagia bercampur takjub seiring sambutan pemandangan alam nan elok. Deretan pohon pinus menghijau. Hembusan angin menggelitik kulitku semuanya terbungkus dalam kesempurnaan ciptaan sang maha kuasa. Membayar tiket masuk yang lumayan murah kami melanjutkan perjalanan menuju puncak.

 

Bau belerang mulai menyengat hidung. Bis berhenti di pelataran yang luas. Pemandangan begitu menyejukan mata berhiaskan lapak pedagang yang tertata rapi. Kami berganti kendaraan karena bis berukuran besar tak dapat mengantar rombongan sampai ke puncak.

 

Mobil minibus modifikasi mengantar kami ke puncak. Kamipun menikmati sensasi yang ditawarkan melewati jalan berliku dibumbui aroma belerang kian menyengat.

 

Pemandangan puncak gunung yang aduhai. Tampak kawah gunung yang besar bak mangkok raksasa. Lekukan dinding dan dasar kawah akan terlihat dengan jelas. Gunung Tangkuban Parahu terdiri dari kawah Ratu sebagai kawah utamanya dengan luas kurang lebih 8.000 ha. Memiliki kedalaman 500 meter dan termasuk gunung api yang masih aktif. Terbukti dengan kepulan asap halus yang menyembur dari dasar kawah. Plus, lagi-lagi aroma belerang yang menyengat di kawasan itu.

 

Tangkuban Perahu memiliki ketinggian mencapai 2.084 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dikenal mempunyai sembilan kawah. Tapi hanya tiga kawah yang dapat dikunjungi wisatawan yaitu kawah Ratu, Domas dan Kawah Upas.

 

Kawasan wisata Kawah Ratu tertata apik sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berfoto ria  sampai di pinggir mulut kawah. Kawasan kawah dipasangi pagar pembatas sehingga aman bagi pengunjung. Jika ingin mengelilingi tersedia jasa tunggangan kuda.

 

Sisi lain lapak pedagang menawarkan jajanan khas daerah Sunda antara lain sate kelinci dan jagung bakar. Para pedagang menawarkan berbagai jenis cendera mata khas dengan harga terjangkau.

 

Sekitar tiga jam kami melepas penat. Waktu yang begitu singkat bagi kami menikmati pemandangan destinasi wisata melegenda itu. Perjalanan kami harus berakhir karena agenda lain adalah berkunjung ke museum Asia Afrika. Kapan lagi ya, bisa ke sana. Semoga belenggu Covid segera berlalu dan kita jalan-jalan lagi. Ke mana ya teman-teman?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RINDU

  dalam rindu ku masih berharap berharap kau kan hadir mengisi hari hariku lagi rindu kicauanmu ...rindu celotehmu... rindu anggukanmu... ri...